MENJADI MURID
KRISTUS DAN RELEVANSINYA
BAGI PENGINJILAN DEWASA
INI BERDASARKAN
YOHANES 13:31-35
BAB I
PENDAHULUAN
Yohanes merupakan sosok yang banyak diimani pada jamannya, sehingga tidak dapat diragukan lagi bagaimana ketaatannya pada Tuhan saat itu. Dari sekian banyak tulisan Yohanes, salah satu yang menjadi perhatian dan juga mengesankan, yaitu pada bagian Yohanes 13:31-35, dimana dalam bacaan ini Yesus mengajarkan tentang kasih pada sesama terutama kepadapara muri-Nya. Yesus adalah sumber kasih yang dikagumi banyak orang.
Dalam perjalanan hidup mereka, Yesus selalu berusaha untuk dengan setia memberikan kasihnya pada umat-Nya. Begitu pula dengan para murid yang dengan setia mengikuti Yesus kemana pun mereka pergi. Tanggapan mereka tentang Yesus sangat beragam, bahkan ketika mereka menghadapi kesulitan pun mereka harus tetap setia pada kasih Yesus yang amat besar pada manusia. Ungkapan kasih Yesus yang begitu besar diungkapkan pada manusia dengan pengenangan peristiwa salib dimana Yesus turut serta dalam sejarah keselamatan yang mulia dan dengan menderita sengsara, wafat dan kebangkitan-Nya sekaligus, Yesus ingin membukikan bahwa hal ini merupakan ungkapan yang amat besar pada Yesus.
Namun yang menjadi kenyataan sebenarnya adalah, ketika Yesus mneghendaki kita untuk saling mengasihi, kepada sesame kita umat-Nya yang menyatakan penuh turut berpartisaipasi aktif dalam sejarah Kasih, karena saat kita berbagi kasih, maka kita pun turut merasakan kasih yang amat besar dari Kristus. Dengan rencana kasih itu yang ingin dilihat adalah bagaiamana kasih itu dapat disebarkan keseluruh dunia,tidak terbatas hanya karena rasa benci atau pun pengkhianatan. Anggapan inilah yang ingin Yesus sampaikan pada kita, dengan iman yang kita miliki saai ini diharapkan kasih dapat terealisasikan dengan baik.
Disini calon katekis ingin di ajak oleh injil Yohanes untuk melihat kembali bagaimana pribadi hidup kita sebagai seorang katekis, apakah kita sudah mengamalkan kasih tersebut untuk Tuhan dan juga untuk umat. Karena yang sering terjadi adalah mengesampingkan tugas-tugas tersebut, sehingga perlu adanya penyemangat atau pun pembangkit agar nantinya semangat pelayanan dan ketulusikhlasan yang sudah dibuat dapat dimunculkan kembali. Tidak hanya umat yang membutuhkan kasih yang senyatanya dirasakan orang lain namun juga melalui Yesus sumber dari cinta tersebut..
BAB II
MENJADI MURID KRISTUS DAN RELEVANSINYA
BAGI PENGINJILAN DEWASA INI BERDASARKAN
YOHANES 13:31-35
1. TAFSIR INJIL YOHANES 13:31-35
Injil Yohanes merupakan injil yang memiliki permenungan mendalam bagi pengembangan iman, karena makna dan juga hal-hal rohani yang terkandung didalamnya. Seperti pada injil Yohanes 13:31-35 yang merupakan salah satu bagian injil yang terdapat dalam keseluruhan injil Yohanes yang akan diperdalam lagi secara mendetail. Dalam penggalan bacaan ini ingin menguak bagaimana Anak Manusia yang dipermuliakan yang merupakan bagian dari perintah baru dalam pewartaan. Dibawah ini akan dijelaskan terlebih dahulu mengenai arti atau tafsir dari injil Yohanes 13:31-35 dengan keterangan dari masing-masing ayatnya.
Ayat 31-33 “Sesudah Yudas pergi, berkatalah Yesus: "Sekarang Anak Manusia dipermuliakan dan Allah dipermuliakan di dalam Dia. Jikalau Allah dipermuliakan di dalam Dia, Allah akan mempermuliakan Dia juga di dalam diri-Nya, dan akan mempermuliakan Dia dengan segera. Hai anak-anak-Ku, hanya seketika saja lagi Aku ada bersama kamu. Kamu akan mencari Aku, dan seperti yang telah Kukatakan kepada orang-orang Yahudi: Ke tempat Aku pergi, tidak mungkin kamu datang, demikian pula Aku mengatakannya sekarang juga kepada kamu”, dalam ayat ini menguak kisah Yesus yang berbicara tentang anak manusi yang kemudian dipermuliakan Allah. Selain itu dalam ayat ini juga dikisahkan mengenai pernyataan Yesus sebagai sang pendoa yang juga muncul pada ayat-ayat lainnya. Dalam pernyataan-Nya, Yesus menampilkan diri sebagai bagian dari kemuliaan Allah yang terwujud dalam diri-Nya, seperti yang sudah disabdakan dalam kitab suci. Yesus juga melakukan segala yang Allah Bapa kehendaki pada-Nya, karena itu Yesus yang kemudian diutus untuk menyelamatkan umat manusia. Allah yang dipermuliakan dalam Dia, berarti bahwa kuasa dan kehadiran Allah yang penuh kasih diwujudkan dalam peristiwa kematian Yesus. Allah yang dikenal dalam Yesus , akan dimuliakan dan jati diri-Nya dicerminkan Allah sendiri. Kemuliaan yang diberikan kepada Anak, menjadikan hubungan kedua-Nya sangat erat dan tidak ada sekat diantara mereka, bahkan ketikan melihat Anak sama halnya juga melihat Bapa dan kemudian memberikan tugas perutusan kepada-Nya yang adalah Yesus sendiri Putra yang dikasihi-Nya.
Kemuliaan yang diberikan oleh Bapa menjadi kepenuhan yang diberikan kepada Yesus dalam diri-Nya, sehingga Anak juga menapakkan kemuliaan yang dimiliki Bapa. Allah dalam Perjanjian Lama dan juga di Perjanjian Baru juga menegaskan bahwa Bapa sudah mempermuliakan dan akan mempermuliakan kembali sebagai perwujudan kemuliaan yang Allah janjikan. Permuliaan inilah yang menjadikan Yesus dipermuliakan dalam diri Allah, karena ketika Anak manusia dipermuliakan maka Allah Bapa pun juga ikut dipermuliakan dalam Dia. Jika Allah dipermuliakan dalam Dia yang adalah Yesus putra Bapa, maka Allah akan dipermuliakan juga dalam Dia dengan segera. Penegasan ini kemudian memperkuat bahwa dalam Yesus kemuliaan Allah telah benar-benar nyata dan terselami. Oleh karena itu,dengan kemuliaan yang terjadi dalam diri Anak oleh Bapa mencapai telah mencapai penentuan, karena Dia yang adalah Anak berasal dari surga menjadi manusia dan turun kebumi untuk kembali dipermuliakan kembali ke surga.
Namun kemuliaan yang Ia dapatkan di dunia berbeda dengan kemuliaan yang Ia dapatkan dapatkan sesudah kedatangan-Nya di dunia, karena setelah Ia datang ke dunia dan kembali ke pangkuan Allah Bapa Ia akan semakin dipermuliakan. Dengan kemuliaan yang diterima dari pangkuan Allah Bapa, maka Anak semakin dekat dengan Bapa. Namun hal ini bukanlah sesuatu yang mudah, karena dengan kemuliaan yang diterima dalam pangkuan Bapa, Ia harus menderita, wafat dan dan dibangkitkan kembali dalam peristiwa salib. Disamping sebagai Anak Allah yang dipermuliakan, Yesus mempunyai murid, oleh karena peritiswa salib tersebut, Ia pun tidak banyak mempunyai waktu bersama para murid-Nya. Bahkan saat-saat terakhir kembali-Nya Anak kepada Bapa dan pergi meninggalkan murid-murid-Nya, Yesus turut beserta mereka.
Oleh karena itu, dengan ditandainya peristiwa tersebut akan peninggian dan kemuliaan Yesus sekaligus juga perpisahan Yesus dengan para murid-Nya. Namun mereka tetap percaya bahwa mereka atau para murid akan kembali bertemu dengan Yesus, walau pun mereka tidak mungkin datang ketempat dimana Yesus berada saat ini. Hubungan yang erat antara Allah Bapa dan Putra berate jika hakikat yang satu dimanifestasikan demikian juga jati diri-Nya. Ungkapan Anak-anakKu, merupakan ungkapan yang menujukkan ungkapan kasih yang sangat luar biasa. Seperti yang ada dalam Yoh 7:33-34 Maka kata Yesus: "Tinggal sedikit waktu saja Aku ada bersama kamu dan sesudah itu Aku akan pergi kepada Dia yang telah mengutus Aku. Kamu akan mencari Aku, tetapi tidak akan bertemu dengan Aku, sebab kamu tidak dapat datang ke tempat di mana Aku berada." Para murid tidak bisa pergi bersama dengan Yesus, namun Ia berjanji akan datang dan membawa mereka bersama-Nya. Kata Aku pergi sudah mewakili bagaimana seluruh proses kepergian Yesus , penyaliban, kebangkitan- dan kenaikan-Nya ke surga.
Ayat 34-35 “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi." Sekarang para murid tidak dapat mengikuti Yesus, kedalam suasana ilahi, namu mereka tetap masih bisa merasakan dan merealisasikan gambara dari situasiilahi itu kedalam dunia mereka, dengan saling mengasihi. Seperti halnya kaum beriman aka dimuliakan dan dijadikan stau dengan pengalaman yang akan datang, karena saat ini mereka msih bisa saling mengasihi dengan cara yang berbda dimasa yang akan datang. Para murid yang dipanggil dan tinggal sendirian untuk saling mengasihi menurut cara mereka, melainkan diberi kemampuan untuk saling mengasihi dan dikasihi.Yesus menarik semua orang datang kepada-Nya dan mengasihi di antara orang Kristen akan merupakan tanda mengenai komitmen para murid.
Dalam ayat ini bisa dilihat bahwa Yesus memberikan perintah kepada para murid untuk saling mengasihi baik itu antara para murid atau juga dengan jemaat lainnya. Saat Yesus sudah ditinggikan ditempat yang tinggi, haruslah para murid terus berjuang dengan segenap tenaga yang mereka miliki untuk berjuan dikehidupan mereka di dunia. Mak dari itu Yesus memberikan perintah untuk saling mengasihi. Hal ini guna membuktikan dan juga menguatkan bahwa kasih Yesus sangat besar kepada mereka yang dikasihi dan turut merasakn kasih yang diberikan Yesus kepada mereka. Sebelum Yesu menderita dan disalibkan, pada perjamuan malam terakhir pun Yesus terlebih dahulu membasuh kaki para murid. Maka dari hal tersebut, Yesus menghendaki agar mereka juga turut membasuh kaki orang-orang atau jemaat yang akan mereka temui nantinya, karena Yesus yang adalah Tuhan telah memberikan perintah tersebut telah lebih dahulu membasuh kaki mereka.
Dengan tindakan Yesus tersebut, maka Ia pun mengaharapkan kepada para murid untuk saling mengasihi karena ini adalah perintah dari Yesus dengan tindakan bahwa Yesus telah lebih dahulu mengasihi mereka lebih dari segala sesuatu. Kasih yang mereka miliki berasal dari teladan Yesus yang selallu mengasihi mereka, dan dengan kasih itu mereka mmapu mengasihi orang lain. Hanya dengan mengasihi, maka orang lain pun percaya bahwa para murid adalah murid Yesus. Hal yang ingijn ditekankan Yesus dalam malam perjamuan terakhir ini adalah tindakan pelayanan dan kasih, yang juga disebut dengan perintah baru.
Namun perintah ini tidak semata-mata hanya berasal dari Yesus, karena sebelumnya dalam Perjanjian Lama yang menjadi aturan dalam hidup tradisi non Yahudi yang juda turut mengenal perintah untuk saling mengasihi sebagai prinsip hidup mereka. Namun yang menjadi perbedaanyang paling mencolok adalah dimana kualifikasi “sama seperti aku telah mengasihi kamu”. Kasih yang diberikan dari para murid turut mengalir dalam diri mereka, karena kasih itu berawal dari Yesus. Mak semua orang harus saling mengasihi satu sama lain. Kebaruan kasih tersebut berasal dari Yesus yang dijadikan sebagai dasar saling mengasihi satu sama lain. Kasih yang mereka terima dari Yesus mengalirkan aliran-aliran kasih bagi mereka yang harus mereka teruskan kepada semakin banyak orang yang mengalami kasih dari Yesus.
Dengan penjelasan ini, dapat kita ketahui bahwa para murid mengasihi bukan karena hanya kesejahteraan hidup bersama, namun juga demi terbangunnya solidaritas hidup bersama mereka dengan turut merasakan kasih yang semua orang alami kasih Yesu yang begitu besar kepada kita. Sehingga perintah saling mengasihi bukan lagi hal yang menjadi tuntutan manusiawi belaka, namun sebagai tuntutan kemuridan. Hal ini dijelaskan dalam pernyataan Yesus yang menjelaskan Yesus bahwa orang-orang akan mengenal bahwa mereka adalah murid-murid Yesus jika mereka juga turut melaksanakan perintah saling mengasihi. Agar bisa menjadi murid Yesus, hal yang perlu kita tempuh adalah jalan menuju jalan kasih. Dengan demikian, dapat dipahami bahwa peritah untuk saling mengasihi tidak hanya berhenti dalam perintah semata saja, namun terealisasikan dengan nyata dalam sebuah pernyataan tentang bagaimana cara murid-murid Yesus hidup. Sebagaimana dengan kasih yang telah diterimanya, maka mereka pun hidupdalam kasih satu sama lain. Hal yang menjadi penekanana dari perintah ini adalah pada kasih dan komunitas dan tidak dikatakan mengenai kasih diliuar komunitas. Nmaun tidak lupa pula bahwa kaum beriman diutus ke dunia bagi orang lain dan dunia yang dikasihi Allah.
Jika kita lihat dalam ayat sebelumnya, disana dijelaskan bagaimanaYudas yang menghianati Yesus. Namun setelah Yesus dihianati oleh Yudas, Ia justru semakin mewartakan kemuliaanNya kepada para murid yang lain (ayat 31-32). Kemudian pernyataan ini kembali dipertegas dalam ayat 33, mengenai sebuah perpisahan. Perpisahan memang menjadi hal yang dianggap sebagai pertemuan terakhir dan tidak mungkin ada pertemuan lagi, Namun harapan untuk pertemuan, bahkan harapan kasih yang tetap besar masih bisa timbul dan ditimbulkan berkat kesetiaan.Yesus sendiri yang memberikan jaminan tersebut, seperti halnya Yesus mengasihi mereka agar mereka pun saling mengasihi. Inilah inti dari perintah baru tersebut, sekaligus juga sebagai tanda bahwa pengenalan para murid dalam kehidupan selanjutnya.
Mengapa dalam hal ini disebut perintah baru? hal ini untuk menjelaskan bahwa dalam tradisi sinoptik, perintah kasih ini tidak disebut dengan perintah baru, namun sebagai peritah yang utama dan terbesar. Maka sebagai perintah yang memang bukan merupakan perintah baru. Bila disebutkan perintah itu memang yang utama dan besar. Namun bagi Yohanes, perintah yang lama itu memang diperbaharui tafsirannya, Yesus secara baru memberikan nyali dinamik bagi perintah yang lama itu. Maka yanga baru dalam perintah baru ini adalah hidup Kristen, dengan kata lain kasih itu mengambil bentuk yang berdimensi ilahi dan transendren dalam pribadi Yesus Kristus. Sejak perintah pribadi Yesus dalam kehidupan oaring Yahudi, maka perintah kasih lama menjadi dinamis kembali. Bagi orang yang mengenal Yesus Kristus dalam hidup sehari-hari, yakni para murid, kasih itu dialami sebagai sesuatu yang berbeda, berbeda dari kasih manusiawi yang berbeda. Tetapi keterangan yang himanistik saja nampaknya kurang memuaskan para murid sendiri. Yang mereka alami jauh lebih agung, lebih luhur dan lebih mengagumkan. Maka pembalikan dari eros kecaritas sebetulnya masih mendua juga. Siapa yang tidak naïf dan dan jujura dengan kisah cintanya, merasa dan mungkin juga tahu, bahwa apa yag spontan timbul padanya sebagai sebuah kasih, sebetunya adalah sebuah usaha menjadikan oranglain obyek kasihnya. TEntunya Yesus juga mengenal dialektik itu, Ia pun juga pribadi manusia yang penuh. Tetapi kasih yang memancar dari pribadi-Nya dan diarahkan kepada para murid sebagai karunia dan juga tanggung jawab nampaknya mempunyai dimensi baru, Karen akasi Allah dimengerti sebagai kasih kepada Allah yang teoristis. Tetapi Yohanes memandang hal baru yang merupakan fakta bahwa tradisi transenden kasih itu mengambil bentuk, rupa, manusia dan bagi para murid yang merupakan pewahyuan besar dalam diri Yesus Kristus. Bila Yesus itu berani merelakan hidup-Nya bagi para murid, itu karena ketaantannya kepad Allah, Bapa-Nya.
Mengenai rahasia besar dari kematian dan penderitaan-Nya yang belum dapat mereka pahami saat itu, hal ini untuk mengarahkan segala pikiran dan juga pemahaman yang memikirkannya saja mereka tidak sampai hati, apalagi memahami maknanya. Penjelasan dimana kasih yang ingin dipertegas dalam perintah tersebut sangat sulit dipahami, karena itulah Kristus memberi mereka penjelasan mengenai hal itu supaya salib tidak menjadi batu sandungan lagi. Salib bukanlah akhir dari perjalanan hidup atau bahkan juga sebagai penghambat manusia dalam memperjuangkan apa yang menjadi keinginannya, oleh sebab itu Kristus tidak membuka percakapan ini sampai Yudas telah pergi, sebab Yudas adalah seorang saudara yang palsu. Ketakiutan Yesus karena Yudas sudah terlanjur menghianati Yesus. Dengan kata lain ungkapan kasih ini didasrakan sebagai sebuah hal yang ingin diberikan bagi mereka yang benar-benar mengutamakan dan melaksanakan perintah itu dalam hidup mereka sehari-hari. Kehadiran orang jahat biasanya menghalangi percakapan yang membangun. Saat Yudas sudah pergi, Kristus pun berkata, "Sekarang Anak Manusia dipermuliakan." Capur tangan Yudas takutnya akan membuat para murid yang lain menjadi ikut apa yang salah, karena yang mereka pahami adalah kasih atau perintah yang akan membawa pada mereka sebuah tugas perjalanan hidup yang berat, karena ini adalah bagi adari tugas pelayanan mereka, seperti yang dikatakan Yesus saat Yudas sudah pergi. Karena kepalsuan Yudas telah terbongkar dan ia, yang menjadi pengaruh buruk dalam perjamuan kasih mereka dan membawa pengaruh negatif dalam keluarga mereka, sudah menyingkir, maka sekarang Anak Manusia dipermuliakan.
Yesus yang dipermuliakan adalah Yesus yang menjadi penebus, karena dengan darahnya Yesus kembali membuka mata para murid juga kepada umat manusia, betapa besar kasih Yesus kepada manusia. Kristus dipermuliakan saat perkumpulan orang Kristen dimurnikan: kebejatan dalam gereja-Nya merupakan kehinaan bagi-Nya sehingga pembersihan kebejatan itu akan menghapuskan hinaan tadi. Atau lebih tepat lagi, karena kini Yudas sedang melaksanakan persekongkolan yang akan mengakibatkan kematian Kristus, dan hal itu akan terjadi dengan segera, maka sekarang Anak Manusia dipermuliakan, yang artinya, sekarang Dia disalibkan. Karena Dia yang adalah juga anak manusia akaj ditinggikan dan di muliakan berasam Bapa-Nya yang telah mengutus manusia ke dunia untuk bersama Bapa di surga. Inilah hal yang diajarkan Kristus mengenai penderitaan-Nya, yang amat menghiburkan.
Allah Bap sendiri menyatakan bahwa Dia akan dipermuliakan dalam penderitaan-Nya itu. Sekarang Anak Manusia akan diperhadapkan pada aib dan kebencian yang paling hebat, akan diperolok-olok dengan cara yang sekeji-kejinya, dan dipermalukan oleh sikap pengecut para sahabat-Nya sendiri dan kekurangajaran para musuh-Nya. Pernyataan seperti ini jugalah yang menjadikan kita sulit pula dalam melaksanakan kasih kepada sesama, karena dalam mengamalkan kasih orang akan juga dihadapkan pada kenyataan-kenyataan bahwa kasih yang mereka terima merupakan ungkapan penderitaan Anak manusia yang turut menderita bersama kasih-Nya pada manusia. Namun tetap saja sekarang Ia dipermuliakan, engan penderitaan-Nya disalib. Kini Dia hendak memberikan sebuah teladan mulia mengenai penyangkalan diri dan kesabaran dengan menanggung salib. Yesus hendak memberikan teladan mulia mengenai keberanian dan kebencian terhadap dunia ini, mengenai semangat dalam memuliakan Allah, dan kasih terhadap jiwa-jiwa manusia. Karena dengan hal ini diharapkan manusi adapt menjadi semakin dekat dengan Allah melalui karunia cinta kasih melalui perintah yang agung. Semuanya ini akan membuat-Nya dipuja dan dihormati untuk selama-lamanya. Kristus telah dipermuliakan melalui banyak mujizat yang Ia lakukan, tetapi walaupun begitu, Dia membicarakan kemuliaan yang dialami-Nya saat ini dalam penderitaan-Nya, seakan-akan kemuliaan ini melebihi segala kemuliaan lainnya yang telah Ia peroleh dalam keadaan-Nya yang miskin. Karena mereka yang kurang diperhatiakanlah yang harusnya mendapat perhatian dan ungkapan kasih secara besar dan nyata lagi. Mereka yang kurang diperhatiakn dan dibuang meruapak bagain yang harus diperhatiakan secara khusus, karena melalui ajaran Yesus kita ingin diajak untuk juga menyelami kasih Allah pada manusia.
Allah telah mempermuliakan Yesus dalam penderitaan-Nya. Ungakapan ini ingin memperlihatkan betapa besarnya kasih Allah, karena dengan memuliakan Putra-Nya dalam penderitaan, Yesus diangkat dan dipermuliakan dan dijadikan sebagai Alat nyata kasih Allah pada manusia. Pemenuhan persyaratan atas penghakiman Allah, untuk mendapatkan keadilan-Nya. Oleh karena itu Allah pun dipermuliakan di dalamnya, karena tindakan Allah Bapa dan juga Anak merupakan ikatan sacral yang ingin membuaka mata manusia melihat bagaimana tindakan kasih Allah nyata dalam diri manusia. Dengan penderitaan itu terjadilah pemulihan atas kesalahan yang telah dilakukan terhadap Dia, yaitu melalui dosa manusia yang menyerang kehormatan-Nya. Pemulihan itu mendatangkan keuntungan besar bagi manusia. Dengan demikian, segala tujuan perintah baru ini benar-benar tercapai dan kemuliaan pemerintahan Allah diteguhkan dengan berhasil guna dan dijaga. Allah adalah kasih, dan di sini Ia telah memperlihatkan kasih-Nya itu. Ia yakin bahwa Allah akan mempermuliakan-Nya, dan orang-orang yang dipermuliaan Allah sungguh benar-benar mulia. Neraka dan dunia ini bersepakat untuk menghina-Nya, tetapi Allah berketetapan untuk mempermuliakan Dia, dan Allah benar-benar melakukannya. Allah mempermuliakan Kristus dalam penderitaan-Nya dengan tanda-tanda dan keajaiban dahsyat yang menyertainya, yang terjadi baik di langit maupun di bumi, sehingga bahkan dari mulut orang-orang yang menyalibkan-Nya pun terlontar pengakuan bahwa Dia adalah Anak Allah. Karena penderitaan yang ditanggung olah Yesus merupak juga tugas dari Bapa yang mencintai manusia, karena Allah Bapa pun jaga dengan penuh kerelaan Putra yang dikasihi-Nya menderita demi manusia, yang tidak jarang menghujat Allah.Tetapi Allah mempermuliakan-Nya terutama setelah penderitaan itu berlalu, yaitu saat Ia mendudukkan Kristus di sebelah kanan-Nya dan memberi-Nya nama di atas segala nama.
Bahwa Allah yang akan mempermuliakan-Nya dengan segera. Dengan sengsara, wafat dan kmeudian bangkit kembali, Kristus mengarahkan pandangan-Nya kepada sukacita dan kemuliaan yang disediakan bagi Dia, sebagai sebuah anugrah atas penderitaan yang telah ditanggung Yesus saat itu yang bukan hanya dianggap-Nya sebagai sukacita dan kemuliaan yang agung, tetapi juga sangat dekat dengan-Nya. Dan dukacita serta penderitaan-Nya pun singkat dan segera berlalu. Pelayanan-pelayanan baik yang dilakukan bagi para penguasa di dunia ini sering harus menunggu lama sebelum akhirnya mendapat imbalan, tetapi Kristus mendapatkan upah-Nya segera tanpa berlama-lama. Peristiwa kematian sampai kebangkitan-Nya terjadi hanya selama empat puluh jam (atau kurang daripada itu), dan empat puluh hari setelah itu Ia terangkat ke sorga, sehingga dapat dikatakan bahwa Ia langsung dipermuliakan (Mzm. 16:10). Semua itu terjadi dengan pertimbangan bahwa Allah dipermuliakan di dalam dan melalui penderitaan Kristus: Menyaksikan bahwa Allah dipermuliakan di dalam Dia, dan menerima penghormatan dari penderitaan-Nya, maka dengan cara yang serupa pula Allah akan mempermuliakan Dia di dalam diri-Nya dan memberi-Nya kehormatan.
Kristus memberi tahu mereka bahwa mereka tidak dapat mengikuti-Nya (sebagaimana Yosua memberi tahu orang-orangnya bahwa mereka tidak dapat melayani Tuhan) hanya untuk memacu mereka supaya lebih giat dan lebih bersungguh-sungguh lagi. Mereka tidak dapat mengikuti-Nya sampai ke kayu salib, sebab mereka tidak memiliki keberanian dan tekad yang cukup. Ketidakmampuan mereka itu terlihat saat mereka semua kabur meninggalkan Dia. Mereka juga tidak dapat mengikuti-Nya sampai ke mahkota-Nya, sebab mereka belum layak untuk itu, pekerjaan dan pertempuran mereka belum selesai.Bahwa mereka akan merasa kehilangan Dia saat Ia telah pergi nanti. Kamu akan mencari Aku, yang berarti "kamu akan berharap bahwa Aku ada bersama-sama dengan kamu lagi." Kita sering kali belajar mengenai betapa berharganya belas kasihan itu justru saat kita tidak lagi menjumpainya. Meskipun kehadiran Sang Penghibur benar-benar menolong mereka dalam kesesakan dan kesusahan, tetapi tidak sama rasanya dengan kehadiran fisik Kristus bagi orang-orang yang telah terbiasa ditemani oleh-Nya.
Seperti yang ada dalam ijil bahwa mereka tidak dapat pergi ke tempat yang Ia tuju, dan hal itu menimbulkan pendapat yang mulia di benak mereka mengenai Dia yang akan pergi menuju ke sebuah dunia yang tidak dapat dimasuki dan tidak kelihatan, untuk berdiam di dalamterang yang tidak dapat didekati oleh siapa pun. Hal yang ingin dijelaskan adalah bagaimana saat Allah Bapa mencintai manusia dan selalu memanjakan manusia dengan segala yang dibutuhkan, bahkan saat manusi belum meminta pun Allah sudah terlebih dulu menyediakannya pada manusia. Begitu juga dengan pencapaian kasih menuju surag, manusia diajak untuk kembali menoleh bahwa hal untuk mengikut Yesus bukanlah hal yang mudah dan dapat dicapai begitu saj, namun harus melalui proses yang panjang dan juga berliku. Manusia harus mampu memikul salib dan beban beratnya demi mengikuti Yesus kemana Ia pergi dan sekaligus mewartakan Sabda yang menjadi inti perjalanan-Nya. Pada saat yang bersamaan, perkataan-Nya itu juga membuat mereka merasa betapa rendahnya mereka, sehingga mereka perlu benar-benar merenungkan keadaan mereka di masa depan, inilah perjalanan hidup manusia yang perlu mendapat banyak permenungan mendalam mengenai hidup kasih. Tetapi perhatikanlah, kepada orang-orang Yahudi, Kristus berkata, "Kamu akan mencari Aku, tetapi tidak akan bertemu dengan Aku." Tetapi kepada murid-murid-Nya Ia hanya berkata, "Kamu akan mencari Aku." Hal ini menekankan bahwa meskipun mereka tidak akan menemukan hadirat jasmani-Nya seperti halnya orang-orang Yahudi itu, mereka akan menemukan penggantinya yang setara, dan usaha mereka dalam mencari-Nya itu tidak akan sia-sia. Saat mencari mayat-Nya dalam kubur, mereka tidak menemukannya, namun begitu, tidak sia-sia mereka mencari.
2. PEMAHAMAN MENJADI MURID KRISTUS YESUS
dalam pengertian dasranya, Kristus menjadi teladan, pegangan dan ukuran bagi kita untuk terus tumbuh dan berkembang. Proses ini berada pada sebuah proses yang sangat panjang, dan tidak bisa sekali langsung selesai, tapi diolah sampai pada akhirnya mencapai tujuan atau pun sasaran. Hal ini harus menyangkut diri supaya bisa taat pada Firman Allah. Seperti dalam Lukas 6:40 “Seorang murid tidak lebih dari pada gurunya, tetapi barangsiapa yang telah tamat pelajarannya akan sama dengan gurunya.” Jika murid itu diajar dan taat, terus tumbuh maka sudah cukup diajar dan diolah. Akhirnya, akan menjadi seperti Guru-Nya yaitu Kristus. Dalam hal ini juga ada istilah murid yang memuridkan maksudnya, dalam kehidupan orang-orang beriman ialah murid-murid ini, yang meskipun belum mencapai target seperti Kristus, sudah wajib memuridkan orang lain dan justru dalam pemuridan ini semuanya menjadi semakin tumbuh lebih cepat kepada kedewasaan iman dan kesempurnaan seperti Kristus. DEngan perintah ini nyatalah maksud Allah, yaitu untuk menumbuhkan kita sampai pada ukuran yang penuh, yaitu Kristus. Menjadi murid adalah salah satu jalir pertumbuhan rohani yang harus dijalani setiap orang yang percaya pada Tuhan seperti Dia tumbuh dalam rencana Allah. Hal yang ingun di tujua Allah kita terus bertumbuh sampai menjadi seperti Kristus yang sepenuhnya adalah sumber dari segala Kasih. Hal-hal yang dimaksud adalah orang berdosa yang kemudian dilahirkan menjadi baru kembali. Selain itu juga tumbuh menjadi dewasa dalam hidup rohaninya dan bertumbuh dengan meniru teladan Kristus.
Kita harus bisa meneriam pengajaran Kristus dan melakukannya. Menerima pengajaran itu juga melibatkan perubahan cara hidup yang melepaskan segala sesuatu dan memikul salib kita untuk menyangkal diri kita dan mengikut Kristus dalam jalan kebenaran. Seseorang yang menjadi murid Yesus, maka ia turut masuk dala Kerajaan Allah yang turut dibaptis dalam Roh Kudus dalam air. Allah juga menghendaki agar seluruh dunia menjadi murid Yesu Kristus dan hal ini kita ketahui dari pesan terakhir Yesus kepada para rasul-Nya sebelum Ia naik ke surga. Dengan demikian Gereja mempunyai tugas missioner, artinya menjadikan semua bangsa sebagai murid Yesus Kristus dan membawa orang lain sebagai murid-Nya. Kita juga turut ambil bagian dalam kehidupan Kristus, salah satunya melalui Ekaristi yang menghadirkan Yesus supaya kita tinggal dalam Dia dan Dia dalam kita. Selain itu kita juga turut ambil bagian dalam tritugas Kristus, yaitu imam, nabi dan raja. Keberanian menjadi saksi Kristus dan berani menyebarkan iman yang kita miliki dengan kekuatan iman kita pada Kristus. Untuk menjadi murid Kristus harus didasarkan pada sebuah kebaikan, kesempurnaan dan kesucian pada Allah. Itulah yang menjadi ukuran untuk mau mengikuti Yesus dan penyerahan mutlak kepada Yesus sebagai Tuhan. Penerapan yang menjadi hokum kasih mewujudkan sebuah teladan menjadi murid Yesus Kristus yang setia dalam ajaran-Nya. Sehingga yang dimaksud dengan murid Kristus adalah seseorang yang mengikuti dan mendapatkan pengajaran serta melakukan perintah Guru yaitu Kristus.
Ada pun syarat-syarat mengikuti Yesus, yaitu yang pertama dengan sikap menyangkal diri sendiri. Dengan menderita disalib yang adalah akibat kemenangan Kristus yang bekerja didalam diri kita. Penyangkalan diri adalah menu seumur hidup dalam dunia, sampai Tuhan Yesus datang dan mati. Selanjutnya, memikul salib, dengan memikul salib maka kita bisa berjalan dijalan salib dan akhirnya menuju Golgota sebagai tempat akhir dimana segala dosa beban hidup kita berakhir. Jalan salib merupakan jalan pertumbuhan rohaninya guna memikul salib dan menaati Firman Tuhan. Terakhir Mengikuti Tuhan Yesus. Meniru Kristus dalam hal ini dari setiap segi kehidupan, baik itu hidup Tuhan Yesus harus disesuaikan dengan Firman Tuhan. Maka dengan ketekunan kita harus memikul salib setiap hari sampai akhir, maka kita akan terus bertumbuh seperti carang yang tetap didalam akan berbuah dengan lebat.
Panggilan murud Yesus ini secara inisiatif kepada Yesus tidak ada paksaan, (Mat. 4:18-22; Mat. 9:9–13; Mat. 16:24–26; Luk. 9:57–62 ;Yoh. 1:35–50), karena dalam kelima penggalan ini ingin menguraikan bahwa besarnya pengikut Kristus yang dengan penuh kesadaran ingin menapak tilas kehidupan Yesus. Kelopok yang mengikut Yesus tidak berasal dari kalangan-kalangan yang menengah keatas, namun justru mereka yang kurang diperhatikan, misalnya saja dari kelompok nelayan, pemungut cukai yang sebagain besar didominasi oleh mereka, walapun ada beberapa dari kalangan orang kaya. Mereka yang percaya dan mau bersama Yesus dengan spontan mengikuti Yesus. Mereka yang mengikuti Yesus berani meninggalkan segala kepunyaannya, bahkan keluarga, pekerjaan, harta bendanya untuk bersama hidup dengan Kristus, karena mereka percaya bahwa Kristus dapat memberikan segala yang mereka butuhkan dan mengikuti kemana Yesu pergi dan melangkah.
Jika kita ingin menjadi murid Yesus, kita harus bisa senasib dengan Yesus (Mat 8:18-22 & Mat 10:34-42), yang juga tidak memiliki jaminan untuk dijadikan jaminan kesejahteraan, jadi jika kita mengikuti Yesus tidak ada jaminan pasti untuk hal-hal ini, apa lagi memberikan jabatan atau pun pangkat. Selain itu juga kita harus mempunyai sikapyang mantapsaat kita mendapat panggilan untuk mengikut Yesus, terutama dengan sikap spontang mengatakan iya tanpa banyak pertimbangan. Selain itu juga siap untuk bersama memikuli salib dengan Yesus yaitu penderitaan yang sudah menjadi bagian perjalanan bersama Kristus. Berani hidup bersama Yesus juga harus berani mengorbankan miliknya untuk orang lain. Karena terkadang apa yang kita miliki juga sangat berarti untuk orang lain, bahakan angat berarti untuk orang lain. Jika kita hidup bersama berjalan dan memikulsalib bersama Yesus, kita juga harus bersedia tinggal bersama Yesus dan berusaha mengenal Yesus lebih dalam lagi, hidup juga untuk Yesus dan terlibat dalam karya perutusan Yesus. Saat kita terlibat dalam karya perutusan-Nya, maka kita pun harus percaya bahwa Yesus adalah Sang Mesias.
Makna dari menjadi murid Yesus ini banyak dipaparka juga dalam injil Yoh, 15:1-8. Bukan hanya menetahui tentang siapa itu Yesus, namun juga cara hidup kita yang diatur dan diarahkan bersama-sama dengan firman Yesus dan juga Allah. Walau pun dikatakan pula tidak ada syarat-syarat yang secara eksplisit diterangkan secara detail, namun orang yang layak mengikuti Yesus adalah mereka yang layak disebut murid Yesus serta memiliki hidup dalam kasih dan saling mengasihi, dalam arti sikap kasih itu tidalk nhanya terjadi antara Yesus dan murid saja namun kepada siapapun yang mereka temui. Saat kita dengan penuh kesungguhan mau menjadi murid Yesus, maka kita harus senantiasa mengikuti dan bersatu dengan Yesus. Jika kita ingin benar-benar hidup bersama maka kita datang kepada-Nya, melihat dan belajar bersama-Nya.
3. RELEVANSI BAGI PENGINJILAN DEWASA INI
Sebagai perwujudan iman yang kita miliki sebagai salah satu anggota murid Kristus yang juga menjadi saksi atas karya pewartaan, masih banyak hal yang perlu kita jalankan sebagai anggota murid Kristus untuk menyebarkan kasih pada sesama. “Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong” (1 Kor 13:4), hal ini menyebutkan bagaiaman kasih itu mengagumkan bagi perkembangan sejarah umat manusia. Kasih adalah kunci dimana kita mejalin relasi dengan sesame terutama dengan Tuhan. Disaat kita menyetujui bahwa kita mampu dan mau menjadi murid Yesus, maka hal yang patut terlebih dahulu kita lakukan adalah kesediaannya untuk menjadi saksi Kristus dalam hidupnya. Hal ini juga tertulis dalam injil Matius 28:19-20 Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.". Dalam semua ijil yang untuk sebagian memaknai tradisi-tradisi yang tak tergantung satu sama lain, karena Yesus yang bangkit mengutus murid-muridnya menjadi saksi kebangkitan-Nya dan untuk membawa manusia pada kepenuhannya serta kepercayaanya. Karena dalam dunia saat ini sulit bagi orang untuk percaya pada saksi injil yang akajn kita terangkan. Mereka adalah saksi kebangkitan Yesus dan umat kemudian adalah saksi keselamatan yang dikerjakan Yesus melalui Roh Kudus. Mereka merasa wajib menjadi saksi penyelamat Allah. Sama dengan halnya murid-murid Kristus, kita menjadi bagian dari karya pewartaan yang turut ambil bagian didalamnya.
Kita yang dipanggil sebagai saksi Kristus, dalam hidup bermasyarakat menjadi saksi Kristus, berarti juga hadir serta hidup dan bekerja dala semangat Kristus. Secara sadar ikut ambil bagian dalam menghadirkan diri secara nyata diri Kristus, karena kehadiran itu memancarkan cinta kasih Kristus dalam masyarakat. Medan perutusan yang kita pakai dalam memenuhi kebutuhan hidup rohani. Medan perutusan saya saat ini adalah masyarakat, dimana tindakan ini bisa melalui hidup dalam keluarga, hidup dalam profesi kita, melalui partisipasi kita yang bisa dalam hidup sehari-hari. Selain itu juga dalam cara hidup kita di lingkungan biasa itu mesti mencerminkan bahwa”Cinta Kristus mendorong kita”, kejujuran kita, kebaikan kita dan tidak membalas yang buruk, sikap tanggung jawab dalam pekerjaan dan sikap perhatian pada warga masyarakat yang miskin dan lemah itlah saksi yang harus diberikan.
Saat ini banyak sekali tantangan yang harus dihadapi oleh gereja sebagai bagian dari karya pewartaan dan perwujudan dari sikap kasih sebagai bagian karya yang diwujudnyatakan. Tantang yang dapat kita lihat secara langsung adalah bagaiaman kita scara sepintas melihat beberapa masalah global yang tentu juga akan kita rasakan akibatnya, kaena kita pun bagian dari masyarakat yang global tersebut. Di antara sekian banyak tantangan, yang sudah pasti akan harus dihadapi umat-umat kita, saya mau mengajukan lima saja yang saya anggap paling mencolok. Salah satunya yaitu Sekularitas dan pluralisme. Yang dimaksud dengan sekularisasi adalah semacam kecapaian terhadap kegiatan religius. Saat ini saja banyak kita temui para cendekiawan Katolik yang jarang mengikuti kegiatan di gereja atau pun juga di lingkungan, dengan alasan membosanka, adala sedikit masalah dengan sistem yang digunakan atau alasan lain sebagainya. Hidup modern sebenarnya tidak bnayk , apabila tanpak bahwa seseorang membutuhkan agama. Orang yang bekerja keras, dan secara professional, kalu pulang mau tenang dan akrab dengan keluarganya. “Harus” pergi kegereja dengan berbagai macam paksaan dirasa sebagai gangguan, apalagi misa yang diikuti sifatnya membosankan, seperti kotbahnya yang mononton, terlalu bertele-tele, sedangkan ia juga tidak mau berusaha untuk mengenal dan mendalami secara lebih dengan umat-Nya. Erat juga kaitannya dengan hal ini juga adalah semacam pluralitas penghayatan keumatan. Umat yang umurnya berkisar antara 35 sampai 60 tahun, anggota kelas menengah agak kebawah ini merupakan tulang punggung kehidupan umat. Merekalah yang berkenan dengan segenap hal yang mereka miliki untuk bekerja sama dengan pastor paroki, karena mereka dengan kesediaanya mau menjadi dewan paroki. Namun lain halnya dengan kehidupan muda-mudi kita yang berbeda penghayatannya dan tidak merasa dimengerti oleh gererasi mereka tersebut. Begitu pula ada yang merasa adanya birokratisasi paroki, di mana ia tidak langsung mendapat berhubungan secara langsung dengan pastor kepal parokinya, melainkan segala urusan harus melalui pengurus komisi yang bersangkutan. Ada lagi yang menghayati gereja-gereja sebagai Spiritual Service station. yang mereka harapkan bukan misa dimana awam memberikan kotbah dan umat diramaikan dengan berbagai macam kegiatan , melaikan sebuah ketenangan diman figure imam yang betul-betul rohani amat penting dan sama sekali tidak terganti oleh diakon awam atau lain sebagainya.
Tantangan selanjutnya yaitu khusus menyangkut keagamaan yang juga menyangkut kehidupan umat atau masyarakat pada umumnya. Yang dimaksud disini yaitu budaya kekerasan, kecenderungan orang untuk menutup diri dalam lingkugan primoldial, reaksi-reaksi komunalistik dalam arti bahwa begitu ada masalah, misalnya penindasan yang dialami umat katolik dibeberapa daerah yang juga menjadi ancaman. Bagi umat Kristen, umat islam tidak jarang dirasakan sebagai salah satu ancaman. Apalagi setelah sepuluh tahun terakhir ini,jumlah serangan dibeberapa tempat terhadap gereja-gereja terus bertambah. Contoh saja baru-baru ini kita dengar tindak kekerasan yang dialami beberapa umat di jogya, yang pada saat melaksanakan kegiatan doa Rosario tiba-tiba di serbu oleh beberapa pihak yang tidak bertanggung jawab dengan memukuli anggota jemaat tersebut. Jika hal ini diteruskan dan dibiarkan saja tanpa ada tanggapan serius maka berkembang suatu sikap dasar “ pokoknya selamatkan dirimu sendiri dan lupakan yang lain”. Pengalaman-pengalaman ini memang mempersulit pembangunan hubungan baik. Akan tetapi, hubungan kita tidak boleh dihubungkan atau dibiarkan lumpuh olehnya.
Tidak cukup hanya berdiam diri dan hanya cukup beriman saja. Melawan semua tantangan ini, kita juga memerlukan sebuah spiritualitas sebagai saksi Kristus. Bukan hanya para rohaniwan-rohaniwati, melainkan umat. Umat menjalani hidupnya, hidup dengan keluarga, hidup dalam profesi, hidup berpartisipasi politik, hidup dalam masyarakat, dari kesadaran bahwa mereka itu saksi Kristus. Kita mempunyai alat utama dalam mencapai tujuan, yaitu sikap kasih pada sesame untuk menjadi saksi-saksi Kristus.
Jika kita mengikuti semangat bpa Paus Yohanes Paulus II, kuta dapat mengatakan bahwa semangan injili terdiri atas tiga sikap dasar: semangat cinta kasih, sikap hormat terhadap martabat manusia setiap orang sebagai anak tercinta Allah, dan solidaritas dengan orang-orang miskin dan lemah. Semangat injili ini mengikat bagaiman umat Katolik bertindak mengandalkan sikap kasih yang sudah dari dulu ada. Seharusnya kita ikut memperjuangkan kepentingan mereka, ikut membela hak-hak mereka dan menuntut agar hak-hak mereka ikut diperjuangkan. Tiga hal pokok inilah yang menjadi cirri pengikut Kristus dalam kehidupan sosial-politik semua bangsa selama disitu ada umat katolik. Ini juga bagian dari dasar ajaran Gereja Katolik, yaitu sikap saling mengasihi dan kepedulian yang sangat kuat.Akan tetapi kita tidak boleh berbeda dalam semangat injili tadi. Dalam ajaran Gereja sekarang ini, semangat injili dikonkretkan dalam prinsip-prinsip etika politik kristiani. Maka, perbedaan dalam kebijakan konkret di antara orang katolik harus tetap berasarkan cita-cita dasar yang sama dan diperjuangkan mereka.
Orang Kristen, wajib melaksanakan tuntutan-tuntutan injili yang sama denagn tuntutan-tuntuan Yesus. Yesus menuntuk kita untuk melakukan pertobatan hati. Pertobatan itu menyangkut sikap hati, bukan norma kelakuan lahiriah tertentu. Seperti ucapan Santo Augustinus, “Dilige et quod vis fac – asal kau mencintai, kau boleh melakukan apa yang kau kehendaki”, inilah rumusan injili yang baik. Yang dituntut Yesus adalah cinta kasih tanpa syarat, tanpa batas, dan tanpa pamrih. Yesus menuntut kebaikan hati, Ia memuji kesediaan untuk melupakan kepentingan sendiri, kerendahan hati, kesederhanaan, Ia menuntut sikap belas kasihan. Yang dikutuk paling keras oleh Yesus sendiri adalah kekerasan hati, hati yang benci, kemunafikan orang yang merasa berhak menilai orang lain, kesombongan, anggapan bahwa dirinya benar di hadapan Allah karena melakukan perbuatan-perbuatan baik tertentu. Semua tuntutan itu bukan hanya sebatas aturan saja, yang secara harafiah, tanpa melihat situasi, harus ditaati.
Tuntutan Yesus disalahfahami, apa bila hanya dipandang sebagai sebuah hukuman saja. Ia hanya ingin memberikan contoh,yang kemudian ingin mengatakan, “Hatimu harus sedemikian rupa, sehingga kalau kebaikan itu menuntunya, kau tidak melawan orang yang memukulmu”. Memang tidak pernah ada kecocokan antara “dunia” dengan tuntutan injili, nilai-nilai dunia hanya diterima dengan sekaligus bertobat dari unsure-unsurnya yang secara tersembunyi begitu saja. Dalam masalah ini umat kristiani diharapkan menemukan sendiri apa arti tuntutan injili dengan pelbagai wilayah seperti hidup seksual, hidup keluarga, cara menjalankan usaha, dalam hal kejujuran, keadilan, hubungan dengan atasan atau bawahan, dan lain sebagainya. Berdasarkan semangat injil, orang kristiani diminta mencari sendiri apa arti bertanggung jawab dari masing-masing bidang tersebut. Dalam bidang-bidang yang penting, seperti hidup seksual, keluarga dan hak milik, Gereja lama kelamaan mengembangkan suatu ajaran moral sebagai hasil refleksi bersama tentang kebaikan dan yanggung jawabdalam cahaya injili.
Mellaui hidup ditengah-tengah masyarakat, yang ditandai oleh semangat cinta kasihyang tidak cemburu dan tidak pendendam, tidak membenci siapa pun, juga kalu dibenci sendiri, menolak jalan kekerasan, serta menolak dengan tegas tindakan tidak jujur dan sikap ketidakadilan. Hendaknya kita menjadi saksi injil dalam masyarakat, karena untuk itu kita tidak meninggalkan dunia. Mereka yang memberikan kesaksian serta pelayanan dengan menjadi “garam dunia”. Sebagaiman garam membuat segar dan asin seluruh makanan, begitu kita menghadirkan garam injil ketengah-tengah dunia, ke dalam lingkungan hidup dan lingkungan kerja kita, ke tengah-tengah masyarakat. Kita melakukan hal tersebut dengan melakukan aktifitas keseharian kita, melakukan penggilan melalui pekerjaan sehari-hari yang dilakukan dengan jujur, tekun, sungguh-sungguh, dengan penuh dedikasi, tulus, sesuai dengan nilai-nilai kristiani, melalui hidup ditengah-tengah masyarakat yang tetap ditandai dengan semangat cinta kasih.
Cinta kasih Kristus mendesak kita untuk ikut membangun kehidupan masyarakat yang lebih wajar, lebih sejahtera, dan lebih baik, agarKerajaan Allah memang baru akan tampak dengan penuh pada akhir zaman, tetapi Kerajaan Allah sudah mulai dalam hati orang yang percaya, bukan hanya dalam hati, melainkan dalam lingkungan hidup yang tetap menghadirkan semangat Yesus Kristus.
Kisah panggilan dalam Kitab Suci adalah ajakan untuk mempersiapkan Kerajaan Allah, dimana Kerajaan Allah ini merupakan tujuan utama dalam membuka hati manusia betapa cintanya Allah pada manusia. Dengan perutusan, Allah ingin agar manusia disadarkan kembali akan penciptaan yang Allah Berikan pada awalnya. Pada mulanya ditujukan untuk semua orang untuk memberitakan ungkapan cintnya pada manusia. Ungkapan ini manjadikan tugas yang harus dijalan oleh masing-masing personal secara sadar dan bertanggung jawab. Maka dengan hal-hal tersebut, kemudian memanggil murid-muridNya yang pertama guna mewartakan apa yang telah mereka terima dan mereka teladani dari Guru mereka yang adalah Yesus. Mereka adalah saksi mata dan juga turut ambil bagian dalam penjalanan hidup Yesus sebagai saksi yang nyata. Mejadi saksi Kristus adalah ungkapan dari sebuah tujuan hidup secara nyata.
Jika kita mengikuti Yesus dan menjadi murid-Nya maka kita pun harus bersiap menanggung segala konsekuensi, diantaranya menjadi murid Yesus yang diutamakan bukan kemampuan atau kesucian hidupnya, melainkan kemauan dan ketulusannya untuk mewartakan kehendak Allah kepada semua orang. Jadi jika kita lihat jaman saat ini, banyak orang yang hanya memikierkan hidup kesuciannya saja tanpa melihat dan menerapkan hidup kerohaniannya dalam konkretnya. Sabda Allah yang telah kita terima, hendaknya digaris bawahi nilai atau hal apa yang ingin kita jalankan saat ini untuk orang lain, inilah yang merupakan tindakan kasih. Selain itu, menjadi murid Yesus dituntut adanya perubahan sikap hati dari mementingkan urusan duniawi menuju kepentingan Kerajaan Allah. Maksud dari ungkapan ini adalah bagaimana cara kita menggunakan hal-hal duniawi untuk mencapai tugas perutusan dari Allah kepada kita. Dengan hal duniawi murid Yesus diajak untuk mencapai pemenuhannya kepada hal Kerajaan Surga yaitu Kerajaan Allah. Menjadi murid Yesus harus terus belajar memahami sabda dan karya Yesus dalam kerangka menyelamatkan umat manusia, selanjutnya ikut serta melibatkan diri dalam karya pelayananNya. Dengan tindakan pelayanaan seperti yang sudaj sering dijalankan diharapkan pula Yesus selalu hadir dan juga dijadikan sebagai dasarnya.
Menjadi murid Yesus berarti menjawab panggilan Yesus, mengikuti Dia dan meresapi ajaranNya, kemudian siap diutus untuk melaksanakan tugas perutusan Yesus mewartakan Kerajaan Allah. Mewartakan Kerajaan Allah tidak harus dengan cara berkotbah didepan umum seperti cara orang dahulu, namun dengan tetap mengikuti perkembangan jaman yang ada, karena dengan memanfaatkan perkembangan jaman yang ada makan cara pewartaan pun akan semakin dapat diterima baik pula oleh banyak kalangan masyarakat. Ada banyak cara untuk menjadi murid Yesus dijaman sekarang ini. Menjadi murid Yesus adalah suatu rahmat yang memberi keselamatan dan sukacita di dunia dan kelak di akhirat. Walau pun mejadi murid Yesus bukanlah suatu hal yang mudah, namun kita harus selalu berusaha untuk sebisa mungkin kita menggunakan rahmat yang sudah Tuhan berikan sebagai bekal di akhir nanti dan saat ini kita berusaha untuk mengisi bekal kita untuk dipersembahkan bagi Allah sendiri. Bukan murid yang memilih Yesus tetapi Yesus yang memilih para murid, jadi bukan kita yang memilih Yesus untuk datang pada kita, namun dengan cara yang berbeda pula Yesus memanggil dan mengutus kita untuk bersama-sama dengan Dia. Yesus memanggil muridNya untuk ikut mewartakan Kerajaan Allah demi pertobatan dan keselamatan umat manusia. Melihat situasi yang ada saat ini, banyak anggota Gereja yang keluar dari ajaran Gereja Katolik dan keluar. Hal ini mejadi alur atau jalan tindakan kita, karena mereka benar-banar membutuhkan sentuhan tangan kita dan juga uluran tangan kita. Banyak juga orang-orang yang harus dipertobatkan. Seperti yang disabdakan dalam kitab suci, “ yang dituai banyak namun pekerjanya sedikit”, inilah tantangan dan tughas saya juga sebagai pewarta Sabda yang harus bisa menghadapi perkembangan tehnologi dan perkembangan duniawi yang semakin beragam. Orang yang telah menerima panggilan otomatis menjadi murid Yesus, tugas dalam hidupnya adalah meningkatan relasi dengan Yesus agar tetap setia kepadaNya. Hal ini terlihat sederhana, bahkan jika kita ingin menanggapi panggilan dari orang lain apalagi hal tersebut sedikit member keuntungan bagi kita, maka yang terjadia adalah dengan segera kita menyetujuinya, namun jika hal tersebut adalah tugas yang berat, maka kita pun akan berfikitr berkali-kali lipat untuk menyetujuinya.
Sering kali kita sulit dalam menemukan keberadaan iman kita sendiri terhadap Allah sendiri, karena dalam pengertiannya masih banyak umat kristen yang belum mengetahui tentang praktek dalam hidup yang sebenarnya terutama dalam martabat dan kemampuannya. Penghayatan iman yang sejati yaitu hasrat pertemuan dengan Allah. Dalam iman katolik, hanya mungkin terpenuhi dalam Kristus, sebab Kristus merupakan sang sabda itu sendiri. Hal mengenai Allah itu sendiri memang bukan lagi Allah yang transenden, yang mewahyukan diri kepada manusia, yang menciptakan alam semesta, yang ditolak kaum ateisme, namun pribadi diri Allah yang utuh dalam iman manusia terhadap diri Allah itu sendiri. Keberadaan teologi disini berfungsi sebagai phubungan kita dengan penyadaran akan iman kita, agar kita semakin yakin akan tanggapan iman kita terhadap Allah itu sendiri. Pada dasarnya gereja merupakan kesatuan dari umat Allah itu sendiri yang bersatu dengan tubuh Allah itu sendiri, sebagai umat Allah yang menjadi saksi Kristus ditengah umatnya.
Gereja dalam hal yang spesifik merupakan suatu iman akan Kristus sendiri, namun jika kita lihat secara lebih jelas lagi, gereja tidak saja dapat berhenti oada batasan seperti itu saja, namun merupakan suatu kumpulan dari beberapa orang dua atau ttiga orang yang berkumpul dalam nama Kristus dan menerima akan datangnya Yesus sendiri di tengah-tangah mereka. Melalui hal ini pun kita sudah bisa disebut gereja sebagai persekutuan umat Allah yang berkumpul dalam nama Yesus. Sebenarnya yang memperkenalkan gereja, Ia mendirikan gereja dan Para rasul yang kemudian menjadi penerus atau penyelenggarnya umtuk memberitakannya kepada seluruh umat. Perjalanan gereja pada waktu itu tidak begitu saja dapat berjalan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, karena tetap ada masalah dan tantangan, dari hal ini maka misteri Allah yang ada dalam perjalanan menuju kesatuan dengan Kristus sendiri merupakan misteri yang sulit untu dijawab. Misteri kehadiran Allah menjadi sangat luas. Sehingga dari sini umat belajar untuk mengenal dan memahami serta mengenal Allah secara lebih jauh.
Sebagaimana murid Kristus yang memberikan perintah itu benar-benar baru, karena sebelumnya ada perintah yang berbunyi, Kasihilah sesamamu manusia, tetapi kini kamu harus mengasihi satu sama lain. Perbuatan kasih yang saya lakukan juga merupakan perbuatan kasih pada orang lain. Dengan kasih maka hubungan kita dengan orang lain akan terbina secara baik dan tertata. Dengan kasih maka hubungan dengan Allah pun akan menjadikan Gereja sebagai pusat pertumbuhan iman yang kokoh dan juga kuat. Perintah itu ditekankan dengan cara yang lebih mendatangkan keuntungan bagi semua pihak, karena ditetapkan sebagai kewajiban yang harus dilakukan secara timbal balik oleh satu sama lain.
Maka perlu kita pahami lagi lebih mendalam tantang pernyataan Kasihilah, dengan kasih maka kita akan bisa melihat berbagai macam situasi yang ada dan dihadirkan denagn cara yang khas. Tidak hanya pihak-pihak tertentu saja yang bisa merasakan, namun semua pihak yang ada didalamnya. Teladan yang deberikan oleh Yesus dari Juruselamat kita merupakan sebuah alasan lain mengapa kita harus saling mengasihi sama seperti Aku telah mengasihi kamu. Inilah yang menjadikannya sebuah perintah baru, yaitu bahwa aturan dan alasan untuk mengasihi sama seperti Aku telah mengasihi kamu benar-benar baru dan sebelumnya tersembunyi dari segala zaman dan angkatan. Jadi tidak hanya kita saja yang saling mengasihi, namun bagaimana pun keadaan kita dan juga situasi kita, kita hendaknya senantiasa menjaga kasihkita juga kepada Tuhan, karena Yesus adalah sumber dari segala kasih yang kelihatan, dan kita hanya realisasi kasih yang berasal dari Yesus.
Seluruh kasih Kristus yang telah ditunjukkan-Nya kepada murid-murid-Nya, terlaksana dan juga turut ditunjukkan pada kita yang telah mengalami sendiri selama Dia ada bersama-sama dengan kita. Dia selalu berbicara lemah lembut dengan para murid dan juga dengan kita yang ada didunia ini, sepenuh hati peduli dengan kita, dan mengajari, menasihati, serta menghibur kita demi kesejahteraan kita bersama dengan jemaat di Gereja yang luas. Dia juga berdoa dengan dan untuk mereka, membela mereka saat mereka dituduh macam-macam. Ia menanggung beban kita ketika dijatuhkan, dan secara terang-terangan bahkan mengakui kita lebih daripada ibu, saudara perempuan dan saudara laki-laki-Nya sendiri. Dia menegur saya jika keliru, tetapi tetap bersabar terhadap kegagalan, memaafkan, selalu memikirkan yang terbaik yang dapat saya lakukan, dan tidak pernah membesarkan kesalahan-kesalahan yang remeh. Demikianlah Ia telah mengasihi mereka. Bahkan, Dia baru saja membasuh kaki para murid. Jadi, begitulah mereka harus saling mengasihi dan terus mengasihi sampai pada kesudahannya.
Jika melihat berbagai hal yang kita temui dibanyak hal, maka akan Nampak ketika kita mau mengikuti dan menjadi murid Yesus, akan ada banyak hal menjadikah kita benar-benar hidup dalam Dia dan juga gereja secara besar. Bukankah Ia telah mengasihi kita semua dengan cara seperti itu? Maka dari itu, layaklah kalau kini Dia juga mengharapkan kita untuk saling mengasihi. Dengan saling mengasihi kita percaya bahwa Yesus turut hadir bersama dengan ksih itu, karena akibat dari kasih adalah kedamaian. Bukan berarti bahwa kita harus mampu melakukan sesuatu yang serupa dengan yang dilakukan-Nya bagi orang lain (Mzm. 49:8), tetapi bahwa kita harus mengasihi satu sama lain dengan cara yang sama seperti yang ditunjukkan-Nya. Tidak harus selalu kita ikut melakukan apa yang orang lain anggap benar. Terkadang apa yang orang lain pun lakukan, belum tentu itu baik pula untuk dirinya sendiri, apa lagi untuk orang lain.
Kita harus menjadikan kasih Kristus itu sebagai teladan dan membiarkan kasih-Nya itu membimbing kita. Kasih kita terhadap sesama haruslah tanpa pamrih dan selalu tersedia, tekun dan berharga, terus-menerus dan tidak kenal lelah. Kasih itu harus mengasihi jiwa-jiwa satu sama lain. Kita juga harus saling mengasihi untuk alasan dan pertimbangan ini, yaitu karena Kristus telah mengasihi kita terlebih dahulu.
Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi. Perhatikanlah, kita tidak hanya diharuskan untuk menunjukkan kasih, tetapi benar-benar hidup dengan berurat akar di dalamnya, sehingga kita tetap memilikinya, bahkan saat sepertinya tidak ada kesempatan untuk menunjukkannya. Kasih kita harus selalu ada dan tersedia. "Dengan begitu semua orang akan tahu bahwa kamu adalah pengikut-Ku bila kamu mengikut teladan-Ku dalam hal ini." Perhatikan, kasih persaudaraan merupakan lambang dari para pengikut Kristus. Melalui kasih inilah Dia mengenali mereka, dan melalui kasihlah mereka dapat mengenali satu sama lain (1Yoh. 2:14), dan karena kasih yang sama pula mereka akan dikenal oleh orang lain. Inilah tanda pengenal bagi keluarga-Nya, sifat atau karakter yang membedakan para murid-murid-Nya itu dari orang lain. Kristus menghendaki supaya mereka memperhatikan kasih ini, karena dalam hal kasihlah mereka mengungguli orang lain, yaitu bahwa mereka saling mengasihi. Dalam hal kasih itu pulalah Guru mereka menjadi begitu ternama. Segala apa yang didengar orang mengenai Dia pastilah berkenaan dengan kasih-Nya, kasih-Nya yang agung itu. Karena itulah, jika Anda melihat orang-orang yang memiliki kasih lebih besar daripada yang biasanya kita lihat, Anda akan berkata, "Pastilah mereka ini pengikut Kristus, mereka telah bersama-sama dengan Yesus."
Yesus hanya menginginkan dalam hidup bersama hendaknya perlu pula kita menyampaikan kasih kepada sesama kita, karena denagn kasih hidup persaudaraan kita menjadi kuat dan tetap bersatu. Yesus memang mengatakan dimana tempat Yesus berada disitu pula kau belum tentu ada. Tanpa iman dan perbuatan kasih, kita tidak akan pernah bisa mewujudkan cinta itu pada sesame kita apa lagi kepada Yesus. Sebab hal-hal duniawi terkadang membuat kita lengah dengan keadaan yang seharusnya kita jalankan. Hati Kristus begitu rindu melihat murid-murid-Nya saling mengasihi satu sama lain. Dalam hal inilah mereka harus benar-benar menonjol, untuk menujukkan pada kita bagaiaman situasi yang terjadi pada jaman dahulu yang penuh dengan pertentangan-pertentangan yang menghambatkita mewujudkan amanah cinta kasih kita pada Tuhan dan sesama.
Sementara cara duniawi mengajarkan orang untuk mementingkan diri sendiri, kita harus benar-benar memperhatikan satu dengan yang lainnya. Kristus tidak berkata, Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu membuat mujizat, sebab orang yang dapat melakukan mujizat pun tidak berarti apa-apa jika ia tidak memiliki kasih (1Kor. 13:1-2). Sebaliknya, bukan mukjizat yang akan kita lakukan seperti halnya Yesus dan murid-murid-Nya namun bagaimana dengan segala kelebihan dan kekurangan kita, orang lain aka kagum dan tersentuh melakukan tindakan kasih pada sesame yang membutuhkan. Ia berkata, jikalau kamu saling mengasihi, yang berakar dari penyangkalan diri dan rasa syukur terhadap Kristus. Inilah yang dikehendaki Kristus menjadi jati diri dari agama-Nya, sifat utama dari gereja-Nya yang sejati.
Seorang murid Kristus adalah pengikut-pengikut Kristus yang setia, yang mengakui Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat serta mengikut Dia. Se-bagai syarat supayamenjadimurid Kristus adalah: Menyangkal diri, memikul salib dan mengikut Yesus, mengasihi Yesus. Kasih yang mendalam kepada Yesus. Untuk mewujudkan identitas sebagai murid Kristus adalah mau atau bersedia dan selalu mewujudkan kasih, baik pada Allah dan sesama, serta bersedia menjadi saksi Kristus. Sebagai konsekuensi sebagai murid Kristus adalah bersaksi, melayani, dan rela menderita. Merupakan sebuah kehormatan besar bagi para murid-murid Kristus bila mereka unggul dalam hal mengasihi satu sama lain. Tidak ada hal lain yang akan membuat mereka begitu disegani dan dihormati oleh orang lain selain karena kasih. Lihatlah betapa kasih itu sangat dashyat dan mempesonakan (Kis.2:46-47). Tertullian menyatakan kasih sebagai kemuliaan gereja mula-mula, karena orang-orang Kristen dikenal oleh karena kasih sayang mereka satu sama lainnya. Musuh-musuh mereka memperhatikan hal itu dan berkata,Lihatlah betapa orang-orang Kristen ini saling mengasihi.
Kristus bersabda, jikalau murid-murid Kristus tetap tinggal di dalam Kristus dan Kristus tetap tinggal di dalam diri murid,maka bagai¬kan ranting anggur yang tetap menempel pada pokok anggur yang akan menghasilkan buah yang lebat. Bila ranting anggur terlepas atau terpisah tidak menempel pada pokok anggur, maka tentu ranting itu akan layu dan tidak dapat berbuah. Murid-murid Kristus yang tetap tinggal di dalam firman Allah, artinya hidup setia sesuai dengan firman Allah, maka akan dihasilkan buah-buah kehidupan yang banyak. Perbuatan kasih ini mencangkup banyak hal, yaitu buah-buah roh yang akan kita terima jika kita berani mengikut Yesus, yaitu: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemah lembutan dan penguasaan diri. Ini juga merupakan bagian dari hidup yang diinginkan Gereja, dan sebagai pewarta kita harus bisa menjadikan banyak hal sebagai tindakan kasih.
Kristus lebih dulu memberikan yang paling berharga dari hidupnya, supaya kita percaya akan nama Yesus Kristus dan supaya kita saling mengasihi sesuai de-ngan perintah Kristus. Dengan demikian kita tahu, bahwa kita diam di dalam Allah dan Allah diam di dalam kita, yaitu Roh yang telah Ia karuniakan kepada kita. Banyak orang di du¬nia ini mencari jalan keselamatan dengan caranya sendiri, te-tapi hanya dalam Ye¬sus ada jalan yang pasti sebagai Jalan Kebenaran dan Jalan Kehidupan untuk kita tiba kepada kehidupan kekal. Murid Kristus adalah orang yang mengasihi orang-orang di dekatnya dan di sekitarnya bahkan dimana saja. Mengasihi berarti menghormati pribadi sebagaimana Allah mengasihi setiap pribadi. Karena kasih Allah maka Kristus datang ke dalam dunia untuk menyelamatkan manusia dari hukuman dosa. Sebagaimana Kristus mengutamakan kehendak Bapa-Nya yang di sorga demikian pula karakter murid Kristus, yaitu mengutamakan Kristus. Kristus dalamperkataan dan perbuat- an-Nya sesuai dengan kehendak Bapa, yaitu sesuai dengan firman Allah. Banyak orang yang mendengar kata-kata Kristus merasa diberkati. Orang yang susah hati mendapat penghiburan. Orang yang bimbang men¬jadi yakin. Semakin kita bergiat untuk memperbincangkan hal-hal yang baik dan dengan tujuan untuk membangun, maka kita akan semakin serupa dengan Yesus Kristus. Orang-orang, terutama yang didengar orang banyak oleh karena kedudukan, nama baik dan karunia dan kepemimpinan mereka, haruslah memakai kelebihan mereka itu sebagai kesempatan untuk berbuat baik bagi orang lain.
BAB III
PENUTUP
Diajaman yang serta modern ini, Yesus ingin menyapa kita dengan berbagai macam cara, karena saat ini ungkapan kasih hanya dirasakan beberapa orang saja, bahkan ketika ada orang yang ingin agar kasih itu juga diberikan pada sesame, kita berfikir berulang kali, karena kita sendiri pun sedang mengalami penderitaa. Contoh saja saat kita melihat ada umat yang membutuhkan bantuan mengajarkan doa, namun kita masih sibuk dengan urusan kita, maka apa yang kita lakukan? kita pasti lebih mengutamakan kepentingan diri kita sendiri. Ungkapan kasih atau pun merintah baru adalah ungkapan yang khas diberikan Yesus pada kita.
Seperti halnya Yesus, kita juga harus memperhatikan mereka yang kurrang mendapat perhatian dari orang disekitar kita. Dengan situasi yang terjadi saat ini, orang-orang yang sisibukkan dengan kepentingannya sendiri-sendiri tidak mau tahu bagaiamana situasi yang terjadi dalam masyarakat saat itu. Diharapkan dengan pemahaman yang singkat ini, umat dapat semakin menumbuhkan iman dan juga kasih sebagai ungkapan yang mendasar. Kasih pada Yesus dan juga sesama juga ungkapan dari hidup rohani kita. Tidak hanya hidup rohani melalui doa dan juga pemahaman saja, namun pemberikan ungkapan bahwa dengan iman hidup rohani dan doa kita, hal ini menjadikan arah hidup yang lebih baik lagi melalui realisasi hidup kasih yang sebenarnya.
Dengan demikian melalui para murid kita belajar banyak hal untuk mengungkapkan kasihterutama dijaman yang sekamin berkembang, dengan injil, sebagai pusat ajaran dari para rasul, kita menggunakannya untuk kepentingan hidup rohani dan tindakan kita sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawijaya, Pesan Injil Yohanes, Yogyakarta: Kanisius,1988.
Riyadi, St. Eko, Yohanes. Firman Menjadi Manusia, Yogyakarta: Kanisius, 2011.
Ratzinger, Joseph. Yesus Dari Nazaret. Jakarta: Gramedia, 2013.
Hadiwiyata, A.S., Tafsir Injil Yohanes. Yogyakarta: Kanisius, 2008.
Moris, Leon, Teologi Perjanjian Baru. Malang: Gandum Mas, 1986.
Groenen, C, Percakapan Tentang Mengikuti Yesus. Yogyakarta: Kanisius, 1988.
Wijngaards, MHM. John, Warta Rohani Injil dan Surat-surat Yohanes. Ende:Nusa Indah, 1986.
Magnis Suseno, Franz, Menjadi Saksi Kristus Di tengah Masyarakat Majemuk. Jakarta: Obor, 2004.